Unika Santu paulus ruteng

Jadi Tuan Rumah Munas Perdikkati 2022, Prodi Teologi Unika Ruteng Gelar Seminar Nasional

Foto: Narasumber Seminar Nasional dan Panitia Munas Perdikkati 2022 berfoto bersama usai seminar, Sabtu, 1/10/2022

Ruteng, Unika Santu Paulus – Program  Studi Pendidikan Teologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikanb (FKIP) Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng dipercayakan oleh Perhimpunan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Indonesia (Perdikkati)  untuk menjadi tuan rumah atau penyelenggara musyawarah nasional (Munas) dan seminar nasional Perdikkati 2022. Munas Perdikkati telah dilaksanakan di Labuan Bajo pada tanggal 29-30 September 2022.Munas ini dihadiri oleh perwakilan 4 Program Studi Pendidikan Keagmaan Katolik di Indonesia yang bernaung di bawah Dikti. Setelah menyelenggarakan Munas, kegiatan Perdikkati dilanjutkan dengan seminar nasional yang dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2022 di Kampus Unika Santu Paulus Ruteng.  Tema seminar nasionalnya adalah “Menemukan Wajah  Gereja Indonesia Pasca Pandemi Covid-19”.

Pembicara utama dalah seminar nasional yang berlangsung secara hybrid ini adalah Prof. Dr. Yohanes Servatius Lon, M.A. Sementara itu, setiap Prodi yang tergabung dalam Perdikkati mengutus salah satu dosennya untuk menjadi pembicara dalam seminar nasional. Mereka adalah Kanisius Komsyah Dadi, M.Pd (Atmajaya Jakarta), Petrus Canisius Laksito (STKIP Widya Yuwana Madiun), Banyu Dewa HS, M.Si dan Y. H. Bintang Nusantara  M.Hum (Universitas Sanata Dharma Yogyakarta), dan Dr. Martin Chen (Unika Santu Paulus Ruteng).

Peserta seminar berjumlah 250an orang. Rinciannya adalah Kepala Kantor Kementrian Agama Kab. Manggarai, Ketua Yayasan Santu Paulus Ruteng, beberapa dosen dan mahasiswa sebagai perwakilan 5 Prodi dari  FKIP Unika Santu Paulus Ruteng, beberapa mahasisiswa  dan dosen Unika Atma Jaya Jakarta, beberapa mahasiswa dan dosen Unika Sanata Dharma, beberapa mahasiswa dan Dosen STKIP Widya Yuwana Madiun, Alumi Prodi Pendidikan Teologi. semua dosen, tenaga kependidikan  dan mahasiswa Prodi Pendidikan Teologi Unika Santu Paulus Ruteng.  Sebagian besar peserta seminar mengikuti secara luring.

Foto: Tangkapan Layar Peserta Seminar yang mengikuti kegiatan secara virtual melalui zoom meeting

Rangkaian acara seminar dimulai pukul 08.00 sampai pukul 13.00. Seminar diawali dengan penerimaan secara adat Manggarai para pemateri seminar  di pendopo gedung baru Unika Santu Paulus Ruteng. Seminar dibuka dengan sambutan Dekan FKIP Unika Santu Paulus Ruteng lalu dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala Kantor  Kementrian Agama Kabupaten Manggarai.Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Manggarai dipercayakan untuk membuka secara resmi seminar nasional yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Pendidikan Keagamaan Katolik Indonesia (Perdikkati).  Dalam sambutannya, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Manggarai menyatakan:  “Saya memaknai kesempatan ini sebagai momen silasturahmi perdana untuk membangun kerja sama yang bersinergi, berkolaborasi, bergandengan tangan, bahu membahu untuk terus giat menampilkan wajah pemerintah di tengah masyarakat dan wajah Gereja di tengah umat beragama. Melakoni peran terberi yang diemabankan kepada kita  sesuai dengan tugas dan fungsi kita masing yang tentunya saling kait mengait satu dengan yang lainnya dalam kesadaran sebagai sesama anak bangsa putra-putri Negeri Merdeka, NKRI.”

Selain itu, Kepala Kantor Kemenag Kab. Manggarai menegaskan pentingnya membangun moderasi beragama. Menurutnya “moderasi beragama memberi pelajaran untuk berpikir dan bertindak bijaksana, tidak fanatic atau terobsesi buta oleh satu pandangan keagamaan seseorang atau kelompok saja, tanpa mempertimbangkan keagamaan orang atau kelompok lain.”

Pada sesi presentasi, pemateri pertama adalah Prof. Dr. Yohanes Servatius Lon, MA sebagai keynote speaker. Judul makalahnya adalah “Menemukan Wajah  Gereja Indonesia Pasca Pandemi Covid-19”. Dalam makalahnya Profesor John menegaskan “Pada sisi idealnya Gereja menampilkan wajah pembebasan di mana orang menemukan kedamaian, kedalaman hidup, kesakralan, harapan yang kokoh dan kehidupan yang dipenuhi dengan semangat kasih dan kerendahan hati. Di sisi lain ada wajah aktual Gereja yang kaku dan sangat doktriner, di mana struktur dan regulasi Gereja menyebabkan terjadinya diskriminasi, korupsi, dan justifikasi untuk melanggengkan status quo.

Pandemi covid 19  seharusnya mendorong Gereja Katolik Indonesia untuk berefleksi dan bertanya tentang makna kehadiran dan efektivitas perannya dalam konteks pembangunan Kerajaan Allah di tengah pelbagai permasalahan masyarakat Indonesia.  Momen pembelajaran semasa pandemi covid 19 dapat menginspirasi Gereja dalam membenah misi perutusannya agar lebih baik dan bermakna. Dalam perspektif tersebut, penulis akan menyoroti dan menguraikan wajah Gereja Indonesia yang plural, yang berdialog, yang responsif dan solutif, yang humanis dan adil, yang kudus dan apostolik, dan yang partisipatif serta transformatif.”

Pembicara Kedua adalah Banyu Dewantara dan Bintang Nusantara dari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Judul makalah mereka adalah Budaya Perjumpaan: Jalan-Jalan (Baru) Dialog Antarumat Beragama”. dalam paparannya mereka menegaskan hal berikut: “Panggilan dan perutusan Gereja sebagai sakramen keselamatan menuntut Gereja untuk senantiasa memajukan terciptanya persaudaraan dan persatuan di antara umat manusia.  Dalam dunia dewasa ini, perwujudan tugas Gereja menjadi tanda dan sarana keselamatan semakin mendesak di tengah kondisi dunia yang ditandai  adanya keterbelahan dan pemisahan, yang seringkali demikian mendalam dan terus-menerus terjadi, kita jumpai serta alami. Kita juga mengalami dan menjumpai sesama kita sebagai keluarga manusia yang mengalami penderitaan karena adanya praktek pengasingan, peminggiran dan ketidakpedulian. Konflik di dalam masyarakat dengan beragam skalanya terus menerus terjadi pula dalam berbagai lingkup. Gereja diharapkan mampu memberikan jawaban/solusi atas aneka persoalan hidup bersama yang terjadi.”

Pembicara Ketiga  adalah Romo Petrus Canisius Edi Laksito dari STKIP Widya Yuwana Madiun. Romo Laksito menegaskan “Pelajaran era dan pasca pandemi: menemukan jatidiri Gereja dari refleksi tentang keluarga Ecclesia domestica.Di satu sisi keluarga (kecil) adalah Gereja, di sisi lain Gereja adalah Keluarga (besar).Pemahaman Gereja sebagai Keluarga bisa berkontribusi pada dimensi yang lebih intim, hangat, personal, tetapi juga konkret, nyata dalam hidup menggereja (relevan).Dari perspektif teknis dogmatik elaborasi ini mungkin dilakukan dan berkontribusi pada eklesiologi (signifikan)”

Pembicara Keempat adalah Kanisius Komsyah Dadi dari Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta.Judul makalahnya adalah “Penghayatan Iman Katolik di Tengah Masyarakat Metropolitan Era & Pasca Pandemi Covid-19”. Dadi dalam makalahnya menyimpulkan bahwa “Pandemi covid19 mempengaruhi secara signifikan penghayatan dan keteguhan iman umat Katolik Metropolitan: Pandemi merupakan kesempatan bagi umat Katolik untuk semakin menyadari kuasa dan kekuatan Allah Sang Penyelamat. Pandemi merupakan kesempatan untuk mewujudkan iman yang dilandasi oleh cinta.”

Sesi Presentasi ditutup dengan paparan materi  dari pembicara kelima yakni Dr. Martin Chen (Unika Santu Paulus Ruteng. Ia mempresentasikan materi secara daring dari Jerman. Judul makalahnya adalah “Pembaruan Arah Iman dan Langkah Pastoral(Gereja di NTT Belajar dari Pandemi Covid-19)”. Dr. Cen menegaskan bahwa“Dalam ensiklik Frateli Tutti tahun 2020, Paus merangkai asa kemanusiaan dengan mengungkapkan bahwa tragedi seperti pandemi Covid-19 dapat menumbuhkan perasaan bahwa kita semua adalah komunitas global dan semua berada dalam “perahu yang sama” (FT 32). Kesadaran solidaritas global ini kiranya memecut gerakan bersama untuk membarui gaya hidup yang merawat bumi dan kemanusiaan. Secara khusus bagi Gereja di NTT, pandemi Covid-19 dapat menjadi momentum untuk pembaruan arah iman dan langkah pastoral “mengayuh perahu Gereja” ke depan. Mari kita saling berbagi tempat kepada setiap orang dalam perahu besar ini. Mari kita kayuh perahu ini bersama-sama dan berganti-ganti. Mari kita biarkan Dia, Kristus, menjadi nahkoda perahu ini yang menuntun kita menuju pelabuhan abadi.”

Seminar nasional ini dipandu oleh moderator Dr. Hendrikus Midun. Menutupi acara seminar ini, Midun menegaskan beberapa hal berikut, pertama,  Gereja indonesia pasca pandemi-19 adalah gereja yang bisa mensintesis  nilai-nilai universal dan nilai-nilai kearifan lokal, gereja yang memahami nilai-nilai universial untuk dihayati dalam konteks nasional, wilayah, lokal, keluarga dan personal. Kedua, nilai-nilai kearifan lokal yang urgen dihayati dan dikembangkan di tengah pandemi adalah solidaritas, responsif, dan belarasa. Karena itu, strategi pastoral dan praktik hidup beriman perlu berubah. Strategi pastoral jangan lagi terlalu menekan pada klerikalis-liturgis semata dan praktik keseragaman, tetapi gereja yang menekankan pastoral penyadaran, holistik-partisipatif, tranformasi pewartaan, iklusivisme dan melayani  menusia. Dengan demikian, pandemi Covid-19 dan pandemi serupa di masa depan, tidak mengendorkan iman, melainkan semakin meneguhkan iman dan menguatkan pesaudaraan, solidaritas dan belarasa sebagai saudara seiman dan sebangsa di negara Pancasila ini.

Pater Oswaldus Bule, Lic. Paed sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Teologi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menyukseskan seluruh rangkaian acara mulai dari musyawarah nasional Perdikkati yang diselenggarakan di Labuan Bajo sejak 29 September sampai 30 September 2022 dan dilanjutkan dengan seminar nasional pada tanggal 1 Oktober 2022. Melalui pesan WA di menyampaikan terima kasih kepada Romo Ketua Yaspar, Romo Rektor Unika Santu Paulus Ruteng, para Warek, Romo Dekan FKIP, Sekretaris Prodi Pendidikan Teologi, Panitia Munas dan Seminar Nasional, dan para dosen dan tenaga kependidikan serta para mahasiswa Prodi Pendidikan Teologi. Bule menyatakan” Terima kasih banyak atas kerja keras dan pengorbanan menyukseskan kegiatan Musyawarah Nasional Perdikkati dan Seminar Nasional. Kegiatan telah berjalan lancar dan aman. Sebagian peserta sudah dan sedang dalam perjalanan pulang ke alamat masing-masing. Sebagian yang tersisa akan kembali esok. Tuhan membalas jerih payah dan pengorbanan Romo,Ibu Bapak dan semua mahasiswa.”

x

Check Also

Prof. Dr. Sebastianus Menggo, M.Pd Dikukuhkan Menjadi Guru Besar Bidang Linguistik

Ruteng, Unika Santu Paulus – Dosen  UNIKA Santu Paulus Ruteng, Prof. Sebastianus Menggo, M.Pd dikukuhkan ...