
Ruteng, Unika Santu Paulus – Program Studi (Prodi) Pendidikan Teologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng menyelenggarakan seminar ilmiah dosen pada tanggal 10 Desember 2022 di Aula kampus Unika Santu Paulus Ruteng. Tema seminar ini adalah “Budaya Mutu Pendidikan pada Era Disrupsi”. Panitia Seminar menghadirkan 4 Pembicara, yakni Dr. Fransiska Widyawati M.Hum, Dr. Marselus Ruben Payong, M.Pd, Dr. Hendrikus Midun, M.Pd, dan Adrianus Jebarus M.Th. Peserta seminar berjumlah 180 orang, yakni mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan Program Studi Pendidikan Teologi.
Rangkaian acara seminar dimulai pukul 13.00 sampai pukul 17.00. Seminar dibuka secara resmi oleh Pater Oswaldus Bule, Lic. Paed sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Teologi. Dalam sambutannya, Pater Oswaldus menyatakan: “dalam konteks generasi muda, budaya mutu pendidikan dapat dipahami sebagai hadirnya oran-orang muda yang sadar akan jati diri sebagai yang memiliki energi, kreativitas, kemampuan, bakat dan karunia yang luar biasa. Santa Catharina dari Siena pernah berkata: ‘be who God meant you to be and you will set the world on fire’ (jadilah apa yang Tuhan maksudkan/inginkan darimu dan kamu akan menjadi ibarat api yang berkobar di tengah dunia)”.Selain itu, Pater Oswaldus menegaskan bahwa anda akan dapat menjadi api di tengah dunia bila anda tekun dan setia belajar, termasuk belajar dalam seminar ini.
Pada sesi presentasi, pemateri pertama adalah Dr. Fransiska Widyawati, M.Hum. Ibu Fransiska mengusung tema Standar Nasional Pendidikan Tinggi dan Implikasinya Bagi Budaya Mutu Diri Mahasiswa. Menurut Ibu Fransiska, pemerintah telah menetapkan standar capaian untuk setiap jenjang pendidikan. Karena itu, mahasiswa harus membentuk diri sesuai standar capaian itu. Dalam rangka memenuhi standar mutu yang ditetapkan pemerintah, mahasiswa harus memerhatikan hal-hal berikut: mengikuti seluruh kegiatan di kampus, lihat item mutu dan buat check list capaian pada setiap semester, mendorong diri masing-masing dan menaikkan standar mutu diri. Setiap mahasiswa tidak boleh berprinsip minimalis. Orang yang mau suskses harus bekerja lebih keras dari yang lainnya.
Pembicara Kedua adalah Dr. Marselus Ruben Payong, M.Pd. Marsel mempresentasikan makalah yang berjudul “Pembelajaran Bermutu Pada Era Kelimpahan Informasi”. Dalam paparannya, Marsel menegaskan bahwa kita hidup dalam era disrupsi. Disrupsi memengaruhi semua bidang kehidupan termasuk pendidikan. Dalam bidang pendidikan, disrupsi berdampak sebagai berikut: sumber-sumber informasi pengetahuan tersedia di mana-mana. Sumber belajar dari dunia maya dapat diakses kapan dan di mana saja. Guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar. Ruang kelas sering dirasakan sebagai sesuatu lingkungan yang kurang nyaman untuk belajar dan bermain. Siswa belajar dengan cara yang berbeda-beda. Karena itu, standarisasi metode pembelajaran dan penilaian tidak relevan lagi. Karena teknologi sudah sangat maju maka akses belajar siswa terbuka lebar tidak hanya di dalam kelas tetapi juga menggunakan internet sebagai sumber informasi pengetahuan dan keterampilan yang sangat kaya.
Pembicara ketiga adalah Dr. Hendrikus Midun, M.Pd. Makalah yang dipresentasikan berjudul: “Teknologi Digital-Internet dan Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan”. Pada bagian penutup makalahnya, Hendrikus Midun merekomendasikan empat hal berikut untuk setiap lembaga pendidikan Pertama, perlu dilakukan penguatan unit pengembangan kurikulum yang proaktif dan cepat beradaptasi dengan perubahan kurikulum akibat perubahan teknologi digital-intenet pada setiap lembaga pendidikan. Kedua, hendaknya dilakukan pemberdayaan unit pengembangan bakat dan minat peserta didik sebagai wadah pengembangan diri dan hasil belajar peserta didik yang majemuk-integratif. Ketiga, lembaga pendidikan hendaknya memiliki dan memberdayakan unit konsultasi digital-elektronik sebagai “bengkel” penyegaran dan pengembangan literasi digital-intenet para pendidik dan peserta didik. Keempat, lembaga pendidikan perlu meningkatkan kerja sama dan kooridinasi intens dengan orangtua peserta didik terkait dengan penciptaan atmosfer belajar, sumber belajar, dan kontrol/ pendampingan belajar.
Sesi Presentasi ditutup dengan paparan materi dari pembicara keempat yakni Adrianus Jebarus,M.Th. Ia mempresentasikan matetri yang berjudul “Ritus Teing Tinu Orang Manggarai Menurut Kel. 20: 12: Upaya Menghidupkan Budaya Mutu Pendidikan”. Jebarusmenegaskan bahwa ritus Teing Tinu dalam budaya masyarakat manggarai memiliki implikasi terhadap budaya mutu pendidikan. Ritus Teing Tinu mengajarkan anak untuk bersyukur dan berterima kasih atas kebaikan dan pengorbanan orangtua. Ia melihat hal ini sebagai nilai dasar yang harus dikembangkan melalui pendidikan.
Seminar nasional ini dipandu oleh moderator Fransiskus Sales Lega, M.Th. Membuka seminar ini, Lega mengutip pernyatan Fransisco Budi Hardiman. Menurut Hariman, ada tiga dampak dari disrupsi terknologi dalam hidup manusia, yakni dekorporealisasi, deteritorialisasi dan banalisasai. Dekorporealisasi berkaitan dengan komunikasi yang bodyless karena kita ada di mana-mana tanpa tubuh atau hadir secara digital. Deteritorialisasi berkaitan dengan tindakan digital yang berpotensi global. Dan banalisasi berkaitan dengan kemudahan teknologi digital membuat tindakan mendahului keputusan kesadaran. Lega juga menyatakan bahwa “ada tiga isu kunci dalam seminar kita hari ini, yakni budaya mutu, pendidikan dan era disrupsi. Bila ditalitemalikan, maka tiga isu kunci ini bisa dibingkai dalam pertanyaan berikut: bagaimana mengupayakan pendidikan bermutu pada era disrupsi? Atau mungkin juga pertanyaan lain bagaimana mengahabitualisasi budaya mutu pada era disrupsi? Apa itu era dirupsi? Apa itu budaya mutu pendidikan?”.
Pater Oswaldus Bule, Lic. Paed sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Teologi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menyukseskan seluruh rangkaian acara seminar ilmiah ini. Ia menyampaikan terima kasih kepada Romo Ketua Yaspar, Romo Rektor Unika Santu Paulus Ruteng, dan pnitia kecil yang telah menyiapkan seminar ini dengan baik. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada para pemateri atas kemurahan hati membagi kekayaan intelektual.